Senin, 29 Juni 2015

Haus Popularitas, Kekayaan Dan kekuasaan

Ada 3 hal yang sering menjerumuskan hati :
- haus popularitas
- haus kekayaan
- haus kekuasaan
.
HAUS POPULARITAS
liat orang nulis status kok banyak yang ngelike n komen apalagi sampe dishare, hati kita iri lalu kita jadi haus popularitas pengen ngetop juga. Tapi karena kita belum populer, kita terlanjur iri. Akibatnya kita nulis status yang nyindir-nyindir. Susah ya kalo liat orang senang?
.
HAUS KEKAYAAN
liat orang nulis status abis beli mobil baru, pamer duit abis PO, banyak yang ngelike n komen apalagi sampe dishare, hati kita iri lalu kita jadi haus kekayaan karena pengen kaya juga (barangkali). Tapi karena terlanjur iri, akibatnya kita nulis status yang nuduh-nuduh bahwa orang yang pamer duit abis PO/beli mobil/motor itu sombong, sok kaya, dst. Padahal siapa tau ia emang lugu, niatnya bukan pamer tapi saking senengnya dan pengen ngasih kabar baik ke temen-temennya, cuman kebetulan aja kita ada di friendlist-nya jadi kita kebagian liat juga. Susah ya kalo liat orang senang?
.
HAUS KEKUASAAN
liat orang yang jadi pembicara, punya grup banyak dan membernya ratusan, hati kita iri kenapa dia doang yang bisa viral dan kita nggak, akibatnya kita ikut haus kekuasaan. Tapi karena kita belum se-viral dia, kita jadi nulis status yang mencari-cari kekurangan orang tersebut, padahal siapa tau ia punya banyak hal yang tidak diperlihatkan. Susah ya kalo liat orang senang?
.
Ada banyak kemungkinan dibalik apa yang bisa kita lihat dan kita pikirkan. Siapa tau ia jadi populer, kaya dan berkuasa karena perbuatan baik yang ia lakukan di masa lalu. Atau bisa jadi ia populer, kaya dan berkuasa karena ingin berbagi lebih banyak hal baik pada banyak orang. Who knows? sementara kita disini cuma bisa iri dibalik kalimat-kalimat sindiran yang bahkan kita sendiri kita tidak menyadarinya.
.
*renungan buat diri sendiri*
silakan share kalo mau ikutan merenung